Kenapa sih?
Banjir sering kali menjadi masalah yang disebut “musiman”, karena lebih sering terjadi pada musim hujan, mengingat Indonesia yang mempunyai iklim tropis hanya memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim-musim di Indonesia, sudah seperti buah simalakama. Ketika musim kemarau, orang mengharapkan air yang melimpah ruah karena kekeringan. Sumur tidak berair, keran tidak mengalir. Namun pada musim hujan yang sedang kita alami ini, orang mengharapkan matahari. Baju tidak kering, bahkan seperti pada judul masalah ini, banjir terjadi, bahkan di daerah tengah kota.
Saya ingat sekali, baru kemarin ketika saya mengikuti sebuah lomba di tempat yang tak jauh dari SMAN 8, pada sore hari turun hujan yang lebat. Jalan Ronggowarsito tergenang banjir sampai lebih dari mata kaki. Meskipun saya tidak sedang menggunakan kendaraan beroda dua yang notabene tidak dapat melindungin dari hujan, tetap saja banjir tersebut membuat khawatir kendaraan beroda empat yang bagian bawahnya pendek.
Berikut ini adalah sebuah contoh berita dari http://www.wartakota.co.id/detil/berita/65015/Pekanbaru-Dilanda-Banjir
Sabtu, 12 November 2011 | 10:46 WIB
Pekanbaru Dilanda Banjir
Pekanbaru, Warta Kota
Ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru, sejak Jumat malam (11/11) hingga Sabtu (12/11) pagi diguyur hujan berintensitas sedang hingga lebat yang mengakibatkan sebagian kawasan permukiman dan jalanan di sana dilanda banjir.
Hasil penelusuran Antara menyebutkan, banjir yang menggenangi ’Kota Bertuah’ tampak hampir merata diseluruh kawasan. Namun dari 12 kecamatan yang ada, genangan air terparah terjadi di Kecamatan Rumbai Pesisir dan Marpoyan Damai serta Kecamatan Tampan.
Di tiga kecamatan ini, air yang menggenang di jalanan hingga permukiman warga mencapai lutut orang dewasa. Kondisi itu menyebabkan lalu lintas kendaraan dan aktivitas warga mengalami kelumpuhan.
"Anak juga nggak bisa sekolah. Suami saya juga nggak bisa jualan sayur ke pasar karena pasarnya juga banjir," kata Sugiyem, warga Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru.
Wanita 47 tahun ini berhasil ditemui saat ia mengelilingi kawasan permukiman disekitar huniannya di Jalan Gabus, Rumbai Pesisir, untuk melihat kondisi banjir yang "menyapa" wilayah itu.
Menurut Sugiyem, banjir di wilayahnya memang merupakan hal yang biasa terjadi setiap hujan deras dengan durasi cukup lama melanda.
"Bahkan beberapa bulan sebelumnya, ketinggian air sempat lebih tinggi dari yang sekarang," ujarnya.
Warga lainnya di Kecamatan Marpoyan Damai, Firman, juga menyatakan banjir di kawasannya merupakan hal yang biasa terjadi.
"Banjir biasanya merata. Bukan cuma kawasan pemukiman warga, tapi seluruh jalanan juga biasanya terendam. Seperti sekarang ini," katanya.
Menurut Firman, banjir yang melanda wilayahnya adalah disebabkan tatanan drainase atau saluran air yang kurang baik.
Kondisi itu menurutnya diperparah lagi dengan minimnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya.
"Kebanyakan masyarakat mulai dari pejalan kaki hingga pengendara selalu membuang sampah sembarangan. Padahal sudah disiapkan tempat-tempat sampah di berbagai kawasan yang ada di Kecamatan Marpoyan Damai. Hal demikian ini lah yang menyebabkan banjir di sini dari tahun ke tahun semakin parah," ujarnya.
Sementara untuk di Kecamatan Tampan, dikabarkan genangan air juga sempat melanda sejumlah kawasan yang memang merupakan ’langganan’ banjir. Seperti Rumah Sakit Jiwa ’Tampan’, Kantor Camat, dan sejumlah fasilitas pemerintah lainnya, termasuk jalanan utama dan yang mengarah ke permukiman warga di sana.
Wah, bagaimana?
Solusi-solusi dari masalah tersebut dapat dibagi menjadi 4 tahap solusi, yaitu:
Preventif
Pemerintah dapat membuat saluran-saluran air (parit, gorong-gorong, dan lain lain) yang baru dan lebih lebar. Selain itu, pemerintah dapat juga membersihkan parit dari sampah-sampah yang berpotensi menyebabkan banjir. Pemerintah juga dapat mensosialisasikan bahaya dari membuang sampah sembarangan kepada masyarakat.
Kuratif
Jika banjir terjadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah memungut sampah yang menggenang dan menyumbat saluran air, karena banjir biasanya terjadi karena penyumbatan saluran air. Penyapuan air ke lubang saluran air juga dapat mengurangi banjir.
Rehabilitatif
Setelah banjir terjadi dan sudah reda, pembersihan saluran air secara maksimal harus segera dilakukan untuk mencegah banjir terjadi lagi. Bangunan bangunan yang menutupi ruas jalan dan menutupi saluran air harus dibongkar ulang atau didenda. Sediakan area resapan air yang banyak, seperti membuat lubang resapan air di tempat yang rawan banjir, atau lubang resapan biopori bagi area yang sempit/tidak memadai.
Promotif
Pemerintah wajib menyediakan tempat sampah yang cukup besar untuk sampah warga, tersebar di berbagai tempat secara merata. Tempat Pembuangan Akhir kecil juga disarankan untuk didirikan, karena alasan utama warga membuang sampah sembarangan adalah tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang dekat serta mudah dicapai.
Namun, pembuangan sampah ini harus ditata dengan baik, karena jika tidak, bukannya mengurangi banjir, malah akan memperparah banjir. Sebaiknya dinas kebersihan tidak memungut biaya tambahan untuk biaya jemput sampah ke rumah warga.
Seperti halnya preventif, pemerintah juga sepatutnya mengadakan penyuluhan kepada warga sekitar daerah rawan banjir tentang pentingnya membuang sampah di tempat yang telah disediakan dan penyuluhan cara membuat lubang resapan air.
0 comments:
Post a Comment